Lemahnya Kesadaran Parkir


Kampus-Kondisi kurangnya lahan parkir di IAIN Walisongo Semarang sangatlah memprihatinkan. Akibat membeludaknya volume kendaraan setiap tahunnya yang tidak sebanding dengan lahan pakir yang telah disediakan. Hal tersebut membuat mahasiswa memarkirkan sepeda motornya di sepanjang jalan. Bahkan kebanyakan dari mereka mencari celah lahan untuk memarkirkan sepeda motornya.
Selain kurangnya lahan parkir, yang masih menjadi kendala yaitu kurangnya  kesadaran berparkir dari masing-masing individu. Hal ini masih menjadi masalah yang sampai sekarang belum terselesaikan di wilayah kampus IAIN Walisongo Semarang, terutama bagi pengendara sepeda motor. Kurangnya kesadaran berparkir tidak hanya terdapat pada satu titik, tetapi menyebar sepanjang area kampus IAIN Walisongo Semarang, khususnya di Fakultas Syari’ah.
 Menurut penuturan Agus Sugiono (21/12), selaku pegawai administrasi kantor fakultas, bahwa tingkat keamanan parkir di wilayah Fakultas Syari’ah masih sangat  rawan.  Hal ini dikarenakan banyak kendaraan keluar masuk kampus 3 dan tidak adanya pemeriksaan terkait kepemilikan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
            Banyak sekali kasus-kasus yang diakibatkan dari parkir sembarangan dan keteledoran dari mahasiswa, “pernah ada suatu kasus kunci motor dari mahasiswa ketinggalan, dari pihak pegawai langsung membawa kunci dan sepeda motornya di kantor satpam agar mahasiswa jera dan lebih berhati-hati, hal ini membuat pemilik motor kebingungan.” cerita Agus. ”Bahkan ketika di kampus ada ujian, wisuda, sentral parkir tidak ada, lahannya masih kurang,” tambahnya.
            Menurut  Agus, ketika ditanya mengenai jalan keluar dari permasalahan ini, menurutnya perlu diadakan sentralisasi parkir. Sistem sentralisasi parkir yaitu memusatkan parkir pada satu tempat, ketika mahasiswa hendak menuju dari gedung satu ke gedung yang lain tidak boleh membawa kendaraan dan diwajibkan berjalan kaki. Sentralisasi parkir perlu diterapkan, kecuali pejabat-pejabat tertentu. Selain itu, petugas parkir harus turun tangan. Untuk meminimalisir kehilangan motor setiap satpam harus keliling di setiap area parkir. Karena jika tidak keamanan akan sulit untuk diciptakan. Hal ini juga agar kendaraan tertata rapi dan apik.
            Sampai saat ini, pihak kampus telah berupaya untuk meminimalisir permasalahan tentang parkir. Di depan kantor Fakultas Syari’ah telah dibangun parkir khusus untuk dosen. Namun upaya ini belum bisa meminimalisir kepadatan parkir.
Ketika rapat para dosen, area parkir masih belum mencukupi berdasarkan banyaknya jumlah dosen yang sebagian dari mereka membawa mobil pribadi kurang sesuai dengan lahan parkir yang telah disediakan. Letak pembuatan parkir di depan kantor fakultas ini bertentangan dengan PKM Binora karena menempati wilayah lapangan binora yaitu lapangan voli.
            Menurut penuturan Agus, pada masa kepala sub bagian (kasubag) yang dipimpin oleh Bpk Munif ada suatu kebijakan yang sedikit bisa meminimalisir tingkat pelanggaran dalam berparkir. Kebijakan itu yaitu, jika ada mahasiswa yang melanggar tata tertib parkir, motor digembok oleh petugas, dan motor tersebut diberi tulisan kalau si pemilik motor telah melanggar tata tertib parkir. Sehingga dengan sendirinya mahasiswa tersebut malu dan jera. Selain itu, setiap pagi ada yang mengontrol  dari setiap sudut tempat parkir.
            Ketika kita masuk kampus melewati pintu gerbang terpapang tulisan “ Motor yang tidak ber STNK, dilarang masuk”. Menurut penuturan Agus bahwa tulisan tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena tidak ada pemeriksaan dari petugas keamanan, bahkan kalau sempat saja baru dikontrol.
            Minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) mengenai petugas keamanan yang ada di IAIN Walisongo Semarang menjadi faktor kurang ketatnya pemeriksaan bagi mahasiswa yang membawa kendaraan.
            Menurut salah satu mahasiswa Tarbiyah Almimilkhusnayaimi mengatakan, “ tempat parkir di Fakultas Tarbiyah lebih terlihat rapi dan teratur dibandingkan di Fakultas Syari’ah. Di Tarbiyah sudah ada tempat parkir yang lebih terkonsep untuk mahasiswa sendiri, dosen sendiri meskipun luas tanahnya lebih sempit dibandingkan di syari’ah”.
            “Lahan kurang dimanfaatkan untuk tempat parkir, mengenai mengurangi parkir sembarangan sebenarnya harus ada kesadaran dari masing-masing individu. Selain itu, dosen dituntut harus berperan aktif dengan cara memberi contoh pada mahasiswa untuk tidak memarkirkan kendaraannya sembarangan,” harap teman Mimil, Titik Inayah ketika ditemui di taman Fakultas dakwah.
            Menurut Mahfudz selaku mahasiswa Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang menjelaskan bahwa lahan parkir sering dikeluhkan oleh pihak mahasiswa. “ Para mahasiswa kesulitan mencari tempat parkir, sehingga membuat mereka memarkirkan kendaraan mereka sembarangan,” tukasnya.
            ”Setiap gedung harus ada tempat parkirnya, meskipun hanya dipinggir jalan yang penting harus rapi karena kerapian mencerminkan kepribadian dari masing-masing individu. Selain itu dari pihak BEM turun tangan untuk mengingatkan, menasihati, dan merapikan tempat parkir,” tutur Mahfudz penuh harap. “Kejadian seperti ini sudah terjadi dari dulu, apalagi ditambah mahasiswa semakin bertambah setiap tahunnya,” imbuhnya.