Suasana kelas tiba-tiba terdiam
sejenak, sambil menunggu Bapak Johan Arifin dosen sistem informasi manajemen
membenahi leptop dan speaker yang dibawanya kita saling pandang.
Terlintas dibenak kita, “ape kuliah, kok gowo speaker mbarang?”.
Tak disangka ternyata kita diajak
untuk nonton film. Girangnya diri ini, terasa bapak ini tau isi hati kita yang
telah penat memikirkan tugas-tugas mata kuliah lain. Namun, ternyata film yang
kita tonton tak jauh dari materi yang selama ini telah kita dapatkan yaitu
mengenai data, sistem maupun informasi.
“ Woowww.. aku rasa ini cara
pembelajaran yang unik,” pikirku dalam hati.
File dan filmpun mulai dimainkan.
Kita disuguhkan dengan video yang berisikan tentang motivasi yang tak lain juga
di dalamnya terdapat data, sistem maupun informasi. Kita semua pasti sudah
mengenal dan tak asing lagi di telinga kita yang namanya “Kebab Babarafi”.
Vidio ini berisikan tentang PT Bapa Rafi yang pemiliknya tak lain adalah
seorang wirausaha mandiri yang telah membuka cabang outlet 500 cabang di
70 kota besar dari Aceh sampai Jayapura. Hendy Sutiono namanya.
Hendy memberikan petuah-petuah yang
cukup menggugah hati kita sebagai seorang pemuda yang tak lain lulusan dari
fakultas kita, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) tercinta ini ditutut
untuk menjadi seorang wirausaha.
Petuah demi petuah mulai kucatat,
yakni kiat-kiat dalam berbisnis yang pertama adalah menentukan ide dan memulai
suatu usaha dari yang kecil, wujudkan visi yang besar, berawal dari membuka caang
yang pertama lalu kedua, ketiga dan seterusnya. Yang terpenting adalah mulailah
dengan apa yang kita miliki yakni modal, kemampuan, dan ide bisnis.
“Proses jatuh bangun dan
berdarah-darah adalah hal yang biasa dalam berbisnis,”tandas Hendy. Berfikirlah
optimis dan berfikir maju bahwa apa yang kita lakukan benar, pasti akan
menghasilkan kebaikan. Ditambah lagi janganlah takut dengan tantangan, namun
belajarlah dari tantangan itu meskupun pertentangan dalam berbisnis pasti akan
selalu ada. Tetaplah optimis sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang besar
hingga akhirnya kita bisa menemukan sebuah kepercayaan diri.
Kita juga harus pintar-pintar untuk
membentuk sebuah sistem. Membuat sebuah produk pasti tidak akan langsung laris,
kita juga bisa menciptakan sebuah karakter dari produk kita melalui riset-riset
yang panjang dan jangan cepat puas dengan produk kita selama masih muda.
Ada sesuatu yang unik dari sistem
kerja Hendy ini yaitu membangun tim manajemen yang solid melalui konsep bagi
hasil. Setelah proges terpenuhi, achievement yang diperoleh akan mempengaruhi omset dan
gaji karyawan.
Kita juga bisa mengikuti
seminar-seminar, tentor yang professional untuk mengembangkan produk kita.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah sebuah brand/merk sebuah
produk juga tak kalah pentingnya. Kita harus pintar-pintar mencari istilah yang
unik, inovasi pada brand, menginvestasikan dibrand dan menjaga
pencitraan yang akan dikenal oleh publik. Apalagi jika kita bisa pasang iklan
akan meningkatkan brand. Kita harus berfikir bagaimana produk kita bisa
menjadi buah bibir masyarakat, harus bisa menerapkan roh pada merk
karena pionir akan selalu diingat oleh masyarakat.
Mencari sebuah ide bisnis kita bisa
mulai dari hobi. Dan langkah selanjutnya harus berani memulai bisnis karena rumus-rumus
wirausaha tidak akan berarti jika kita tidak berani memulainya meskipun ada
sebuah resiko, memiliki visi dan impian yang besar.
Hendy berharap seseorang lulus
kuliah tidak hanya berimpian mnejadi seorang karyawan tapi berfikirlah
bagaimana kita bisa membuka lapangan kerja karena suatu impian yang besar dan
tulus dalam menjalaninya pasti ada jalan.
“Modal terpenting dalam berbisnis
adalah mejaga kepercayaan, integritas, berfikirlak bagaimana konsumen bisa
percaya dengan produk kita,” jelas Hendy diakhir tayangan.
“Menjadi seorang wirausaha berasal
dari tiga sumber, Rangking besar dalam berbisnis pertama menjadi sorang
karyawan yang berpengaruh sebesar 40%, kemudian setelah tau seluk-beluk maupun
lika-liku berbisnis baru membuka bisnis sendiri, yang kedua berasal dari hobi
sebesar 32.3%, ketiga memanfaatkan celah pasar sebesar 15%, sisanya faktor
lain,”jelas Bapak Johan diakhir perkuliahan.
Kalau diterapkan di UIN ws pasti seru
BalasHapusHehee
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus